Ekonomi dan Bisnis

Komoditas Ekspor, Pakpak Bharat Didorong Kembangkan Budidaya Talas Beneng

Talas Beneng.

Pakpak Bharat - Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mendorong Kabupaten Pakpak Bharat untuk mengembangkan budidaya Talas Beneng untuk menjadi salah satu komoditas ekspor andalan.

Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pakpak Bharat dan pihak-pihak terkait (swasta) mendorong para petani di daerah ini untuk membudidayakan Talas Beneng.

Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah (Ijeck) mengatakan belum lama ini dirinya menyaksikan penandatangan nota kesepahaman kerja sama bisnis di sektor pertanian. Yakni antara petani dengan PT Petani Naik Kelas dan Koperasi Pemasaran Sumut Sejahtera.

Penandatanganam MoU yang digelar di Desa Simberuna, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Pakpak Bharat, mengenai budidaya dan pembelian komoditas Talas Beneng. Dalam hal ini, PT Petani Naik Kelas bertindak selaku buyer atau pembeli.

"Ini bisa menjadi tanaman yang memberi manfaat ekonomi untuk masyarakat," kata Wagub, Minggu (5/3).

Untuk memulainya, dia sudah meminta PT Petani Naik Kelas, Koperasi Pemasaran Sumut Sejahtera dan pemangku terkait lain memberi informasi dan pelatihan budidaya Talas Beneng kepada masyarakat.

Ijeck menuturkan, selama ini Talas seringkali dipandang sebelah mata, yakni sebagai tanaman liar. Nanun ternyata tanaman ini bisa diolah menjadi pengganti tembakau yang memiliki punya nilai ekonomis.

"Mulai dari daun dan umbi ada manfaatnya, bisa dijual dengan harga yang baik," ujarnya.

Lebih jauh Wagub mengatakan, pengembangan budidaya komoditas-komoditas unggulan di setiap daerah perlu dilakukan sebagai salah satu strategi pembangunan daerah.

Karena itu dia berharap Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dapat menjadi sentra penghasil Talas Beneng. Dan budidaya komoditas ini juga bisa dikembangkan di daerah lain di Sumut, khususnya Pakpak Bharat.

John Ketaren, Manajemen PT Petani Naik Kelas mengatakan, Talas Beneng menjadi komoditas ekspor sejak 2014. Sejak tahun itu, komoditas ini dibudidayakan di Jawa dan diekspor.

"Masuk (dibudidayakan) ke Sumatera itu dua tahun terakhir," imbuhnya.

Selama ini, kata dia, Talas Beneng seakan tidak berharga dan dianggap gulma. Namun sebenarnya tanaman ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Perusahaannya membeli hasil rajangan daun Talas yang sudah berwarna kuning. Sebelum proses perajangan, daun talas beneng diperam selama 3-4 hari.

Setelah itu dirajang dan dijemur selama dua jam di bawah matahari. Karena itu dia menilai prosesnya sangat sederhana.

Menurut John, kebutuhan ekspor komoditas ini sebanyak 10-20 ton per bulan. Karena itu potensi ekspor yang bisa diperoleh dari komoditas ini masih besar karena lahan budidaya belum luas.

Hingga kini baru terdapat lima hektare lahan Talas Beneng di Sumut yang berada di Pakpak Bharat. Dia berharap Sumut dapat memperluas lahan budidaya seluas 10-20 hektare.

Komentar

Loading...