Sumut Diduga Defisit 262 Ribu Ton, Pengamat Persoalkan Data Beras

Ilustrasi.(Antara Foto)

Medan - Pengamat menghitung Sumut sebenarnya mengalami defisit beras hingga 262 ton sehingga memertanyakan data-data yang kerap disajikan pemerintah daerah.

Pengamat Ekonomi Gunawan Benjamin meyakini bahwa sebenarnya Sumut mengalami defisit beras.

"Berdasarkan hitungan saya, Sumut mengalami defisit beras sekitar 262 ribu ton di tahun kemarin," ungkapnya, Senin (21/8).

Dia merinci dasar penghitungannya. Diawali dari data BPS yang mencatat bahwa pada 2022 Sumut menghasilkan gabah kering giling (GKG) sebanyak 2,09 juta ton. Sementara untuk produksi beras sebanyak 1,2 juta ton.

Dari data itu ada rasio sekitar 57%, dari gabah kering giling menjadi beras. Di lain sisi populasi Sumut pada tahun itu ada sekitar 15,3 juta jiwa.

Dan jika mengacu kepada buku statistik ketahanan pangan, konsumsi beras masyarakat Sumut per kapita pada 2021 sebamyak 100.25 kilogram. Dengan kalkulasi itu maka konsumsi beras masyarakat Sumut mencapai 1,5 juta ton.

Atas dasar itulah Gunawan menyebutkan Sumut sebenarnya mengalami defisit yang jumlahnya berkisar 262 ribu ton. Dari hasil observasi di lapangan, lanjutnya, sejumlah pemilik kilang juga menyampaikan bahwa pasokan gabah sering didapatkan dari luar Sumut.

Ada yang mendapatkan gabah dari pulau Jawa, Aceh hingga Sulawesi. Faktanya di lapangan, Bulog Sumut juga melakukan intervensi beras dengan mengandalkan beras impor.

Di sisi lain, pada 2021 BPS juga merilis bahwa Sumut mengalami defisit (selisih produksi dengan konsumsi) sebesar 14.89%. Dan menurutnya, perhitungan defisit tersebut bisa lebih buruk lagi.

Yang mana di lapangan, masih ada petani yang mengklaim bahwa rasio GKG ke Beras itu di bawah 50% dan bahkan ada yang mengutarakan hanya sebesar 48%. Karena itu jika mengacu kepada data BPS yang mencata produksi gabah kering giling sebanyak 2.09 juta ton, maka produksi berasnya bisa lebih rendah lagi.

Selanjutnya 1 2

Komentar

Loading...