Refleksi HUT ke-79 Polri: Polisi Humanis, Makin Dekat dengan Rakyat
Oleh: Haris Pertama, SH (Ketua Umum DPP KNPI)
Usia 79 tahun adalah momen penting bagi Polri untuk berefleksi. Sebagai pengayom, pelindung, dan pelayan masyarakat, Polri tak hanya dituntut profesional dan tegas, tetapi juga semakin humanis dan dekat dengan rakyat.
Era demokrasi modern, polisi bukan alat kekuasaan, tapi representasi negara yang paling dekat dengan warga. Seperti disampaikan Bayley (1994) dalam Police for the Future, legitimasi polisi tidak berasal dari senjata, tapi dari kepercayaan publik.
Makna "pengayom" hari ini bukan berarti dominasi atas masyarakat, melainkan kemampuan melindungi dengan empati dan adil. "Pelindung" bukan intimidatif, melainkan melindungi semua kalangan, termasuk kelompok rentan. "Pelayan" berarti memberi rasa aman dan nyaman, bukan sekadar menjalankan prosedur administratif.
Pendekatan community policing menjadi kunci. Skolnick dan Bayley (1988) menekankan pentingnya membangun relasi sosial antara polisi dan masyarakat agar tercipta ketertiban yang lahir dari partisipasi warga, bukan karena rasa takut.
Reformasi institusi melalui program Presisi telah menjadi langkah awal. Namun tantangannya kini adalah konsistensi implementasi hingga level paling bawah. Polisi harus hadir bukan hanya di tengah masyarakat, tapi juga hadir dalam hati masyarakat.